Sabtu, 07 Desember 2013

Metode Pendidikan dalam Islam

BAB I
PENDAHULUAN
      A.    Latar Belakang
     Tujuan dan Fungsi pendidikan merupakan sesuatu yang sentral dalam pendidikan. Sebab tanpa perumusan yang jelas tentang tujuan pendidikan, perbuatan menjadi tanpa arah, bahkan salah langkah dan tidak sesuai dengan harapan. Demikian juga dengan pendidikan Islam yang berusaha untuk membentuk pribadi manusia melalui proses yang panjang dengan suatu tujuan pendidikan yang jelas dan direncanakan.
Namun, tidak semua tujuan yang telah direncanakan tersebut berjalan mulus tanpa sandungan sedikitpun. Maka hal ini juga berkaitan dengan pendekatan pembelajaran yang dilakukan dalam pembelajaran tersebut.  Permasalahan seringkali muncul yang berkaitan dengan tujuan pendidikan Islam, yaitu ketika output pendidikan yang dihasilkan tidak sesuai dengan tujuan tersebut. Berdasarkan masalah tersebut di atas, telah ditemukan kasus-kasus seperti korupsi, pelecehan seksual, kekerasan dalam rumah tangga dan lain sebagainya yang dilakukan oleh seorang yang telah mengenyam sebuah pendidikan Islam. Kejadian ini dapat diidentifikasi sebagai kurangnya pemahaman tentang  hakekat tujuan pendidikan Islam dalam pribadi orang tersebut.
        Selanjutnya, berangkat dari latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulisan makalah ini akan menjelaskan bagaimana fungsi dan tujuan serta macam-macam pendekatan yang dilakukan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

     B.     Rumusan Masalah
1.      Tujuan pendidikan menurut Islam
2.      Tujuan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
3.      Fungsi mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
4.      Metode dalam pendidikan Islam
5.      Pendekatan Sistem Pembelajaran
6.      Pendekatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Tujuan Pendidikan Menurut Islam
      Tujuan adalah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Maka pendidikan, karena merupakan suatu usaha dan kegiatan yang berproses melalui tahap-tahap dan tingkatan-tingkatan, tujuannya bertahap dan bertingkat. Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk tetap dan statis, tetapi ia merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang, berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya.[1] Macam-macam tujuan pendidikan dalam Islam adalah sebagai berikut:  
a.  Tujuan Umum
       Tujuan umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara yang lainnya. Tujuan ini meliputi seluruh aspek kemanusiaan, seperti sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan. Bentuk  Insan kamil dengan pola takwa kepada Allah harus dapat tergambar dari seseorang yang sudah terdidik, Tujuan umum pendidikan Islam harus sejajar dengan pandangan Islam pada manusia, yaitu makhluk Allah yang mulia yang dengan akalnya, perasaannya, ilmunya dan kebudayaannya, pantas menjadi khlifah Allah di muka bumi. Tujuan umum ini meliputi pengertian, pemahaman, penghayatan, dan keterampilan berbuat. Ini harus menempati institusi dan tingkatan pendidikan Islam.
          Tujuan umum pendidikan Islam harus dikaitkan pula dengan tujuan pendidikan nasional Negara tempat pendidikan Islam di laksanakan serta harus dikaitkan pula dengan tujuan institusional lembaga yang menyelenggarakan pendidikan itu. Tujuan umum ini hanya dapat dicapai setelah melalui proses pengajaran, pengalaman, pembiasaan, penghayatan dan dan keyakinan akan kebenarannya. Tahapan dalam mencapai tujuan itu pada pendidikan formal (sekolah/madrasah), dirumuskan dalam bentuk tujuan kurikuler yang selanjutnya dikembangkan dalam tujuan instruksional.
      b.      Tujuan Akhir
       Pendidi kan Islam berlangsung seumur hidup maka tujuan akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir. Tujuan umum yang berbentuk insan kamil dengan pola takwa dapat mengalami perubahan naik turun, bertambah dan berkurang dalam perjalanan hidup seseorang. Perasaan, lingkungan, dan pengalaman dsapat mempengaruhinya. Karena itulah, pendidikan Islam berlaku selama hidup untuk menumbuhkan, memupuk, mengembangkan, memelihara dan mempertahankan tujuan pendidikan yang telah dicapai. Tujuan akhir pendidikan Islam dapat dipahami dalam firman Allah SWT:
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãYtB#uä (#qà)®?$# ©!$# ¨,ym ¾ÏmÏ?$s)è? Ÿwur ¨ûèòqèÿsC žwÎ) NçFRr&ur tbqßJÎ=ó¡B ÇÊÉËÈ  
Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam”.(Q.S Al-Imran:102).
          Mati dalam keadaan berserah diri kepada  Allah inilah merupakan tujuan dan akhir proses hidup, dan ini merupakan isi kegiatan pendidikan. Inilah akhir dari proses pendidikan yang dapat dianggap sebagai tujuan akhir. Insan kamil yang mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah inilah merupakan tujuan akhir pendidikan Islam.
      c.      Tujuan sementara
         Tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. Pada tujuan sementara bentuk insan kamil dengan pola takwa sudah kelihatan pad pribadi anak didik. Tujuan pendidikan Islam seolah-olah merupakan suatu lingkaran kecil. Semakin tinggi tingkat pendidikannya, lingkaran tersebut semakin besar
Sejak tujuan pendidikan tingkat permulaan, bentuk lingkarannya harus sudah kelihatan. Bentuk lingkaran inilah yang menggambarkan insan kamil itu. Di sinilah perbedaan yang mendasar antara bentuk tujuan pendidikan Islam dibandingkan dengan pendidikan lainnya.
     d.      Tujuan operasional
        Tujuan operasional ialah tujuan praktis yang dicapai melalui sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Satu unit kegiatan pendidikan dengan bahan-bahan yang sudah dipersiapkan dan diperkirakan akan mencapai tujuan tertentu disebut tujuan operasional.
Drs. Burlian Somad bahwa tujuan pendidikan Islam itu ialah membentuk individu bercorak diri dan berderajat tertinggi menurut ukuran Allah. Lebih lanjut, beliau menayatakan tujuan pendidikan itu harus sama sebangun dengan tujuan hidup manusia. Allah berfirman:
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur žwÎ) Èbrßç7÷èuÏ9 ÇÎÏÈ  
Artinya: “dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. (Adz-Dzariat:56)

         Tujuan Allah mengadakan dan menhidupkan manusia di muka bumi ini adalah agar manusia mengabdi kepada Allah, mengabdi kepada Allah yaitu menuruti apa saja yang dikehendaki Oleh Allah . dari ini dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam mempunyai tujuan yang luas dan dalam, pendidikan Islam bertujuan untuk menumbuhkan pola kepribadian manusia yang bulat melalui latihan kejiwaan, kecerdasan otak, penalaran, perasaan dan indera. Pendidikan ini harus melayani pertumbuhan manusia dalam semua aspek, baik aspek spiritual, intelektual, imajinasi, jasmaniah, ilmiah, maupun bahasanya. Dan pendidikan ini mendorong aspek tersebut kea rah keutamaan serta pencapaian kesempurnaan hidup.[2]
B.     Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
    Secara umum, pendidikan agama Islam bertujuan untuk “meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.[3]
Perumusan tujuan pendidikan Islam harus berorientasi pada pada hakikat pendidikan yang meliputi beberapa aspeknya, misalnya tentang:
      a.       Tujuan dan tugas hidup manusia
      b.      Memerhatikan sifat-sifat dasar (nature) manusia
      c.       Tuntutan masyarakat
     d.      Dimensi-dimensi kehidupan ideal Islam.
       Tujuan pendidikan Islam mempunyai beberapa prinsip tertentu, guna mengantar tercapainya tujuan pendidikan, prinsip-perinsip itu adalah sebagai berikut:
a.    Prinsip universal (syumuliyah). Prinsip yang memandang seluruh aspek agama (akidah, ibadah dan akhlak, serta muamalah), manusia (jasmani, rohani dan nafsani), masyarakat dan tatanan kehidupannya, serta adanya wujud jagat raya dan hidup. Prinsip ini menimbulkan formulasi tujuan pendidikan dengan membuka, mengembangkan dan mendidik segala aspek pribadi manusia dan kesediaan-kesediaan segala dayanya, dan meningkatkan keadaan kebudayaan, sosial, ekonomi, dan politik untuk menyelesaikan semua masalah dalam menghadapi tuntutan masa depan.
b.      Prinsip keseimbangan dan kesederhanaan (tawazun qa iqtishadiyah). Prinsip ini adalah keseimbangan antara berbagai aspek kehidupan pada pribadi, berbagai kebutuhan individu dan komunitas, serta tuntutan pemeliharaan kebudayaan silam dengan kebutuhan kebudayaan masa kini serta berusaha mengatasi masalah-masalah yang sedang dan akan terjadi.
c.       Prinsip kejelasan (tabayun). Prinsip yang didalamnya terdapat ajaran dan hukum yang memberi kejelasan terhadap kejiwaan manusia (qalb, akal, dan hawa nafsu) dan hukum masalah yang dihadapi, sehingga terwujud tujuan, kurikulum, dan metode pendidikan.
d.      Prinsip tak bertentangan. Prinsip yang didalamnya terdapat ketiadaan pertentangan antara berbagai unsur dan cara pelaksanaannya, sehingga antara satu komponen dengan komponen yang lain saling mendukung.
e.       Prinsip relisme dan dapat dilaksanakan. Prinsip yang menyatakan tidak adanya kekhayalan dalam kandungan program pendidikan, tidak berlebih-lebihan serta danya kaidah yang praktis dan realistis, yang sesuai dengan fitrah dan kondisi sosioekonomi, sosiopolitik, serta sosiokultural yang ada.
f.       Prinsip perubahan yang diingini. Prinsip perubahan struktur diri manusia yang meliputi jasmaniyah, ruhaniyah dan nafsiyah; serta perubahan kondisi psikologis, sosiologis, pengetahuan, pikiran, kemahiran, nilai-nilai, sikap peserta didik untuk mencapai dinamisasi kesempurnaan pendiikan.
g.    Prinsip menjaga perbedaan-perbedaan individu. Prinsip yang memerhatikan perbedaan peserta didik, baik cirri-ciri, kebutuhan, kecerdasan, kebolehan, minat, sikap, tahap pematangan jasmani, akal, emosi, social, dan segala aspeknya. Prinsip ini berpijak pada asumsi bahwa semua individu ‘tidak sama’ dengan yang lain.
h.    Prinsip dinamis dalam menerima perubahan dan perkembangan yang terjadi pelaku pendidikan serta lingkungan dimana pendidikan itu dilaksanakan.[4]
         Menurut hasil kongres  Pendidikan Islam Sedunia Tahun 1980 di Islamabad, menyebutkan bahwa pendidikan Islam haruslah bertujuan mencapai pertumbuhan kepribadian manusia yang menyeluruh secara seimbang, melalui latihan jiwa, intelek, diri manusia yang rasional , perasaan dan indera. Krena itu, pendidikan harus mencapai pertumbuhan manusia dalam segala aspeknya; spiritual, intelektual, imajinatif, fisik, ilmiah, dan bahasa secara individu maupun kolektif. Mendorong semua aspek ke arah kebaikan dan mencapai kesempurnaan, tujuan akhirnya akhirnya adalah dengan perwujudan ketundukan yang sempurna kepada Allah, baik secara pribadi maupun seluruh umat manusia.[5]
C.    Fungsi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
      Secara umum pendidikan berfungsi mencerdaskan dan memberdayakan individu dan masyarakat sehingga dapat hidup mandiri dan bertanggung jawab dalam membangun masyarakatnya.  Dalam perspektif individu, fungsi pendidikan Islam adalah sebagai kaderisasi mengarahkan pembinaan potensi anak menuju terbentuknya pribadi muslim seutuhnya bahagia di dunia dan diakhirat. Kepribadian yang menjaga keseimbangan hubungan dengan Allah dan hubungan dengan manusia. Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surah Al-Imran ayat 112:
ôMt/ÎŽàÑ ãNÍköŽn=tã èp©9Ïe%!$# tûøïr& $tB (#þqàÿÉ)èO žwÎ) 9@ö6pt¿2 z`ÏiB «!$# 9@ö6ymur z`ÏiB Ĩ$¨Y9$# râä!$t/ur 5=ŸÒtóÎ/ z`ÏiB «!$# ôMt/ÎŽàÑur ãNÍköŽn=tã èpuZs3ó¡yJø9$# 4 ………..
Artinya: “ Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. yang demikian…… (Q.S Al-Imran : 112)
        Dalam perspektif masyarakat, fungsi pendidikan Islam sebagai sosialisasi terbentuknya masyarakat masyarakat Islam yang adil dan sejahtera. Dalam konteks Al-Qur’an, ummat washatan (ummat tengah) dijelaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 143:
y7Ï9ºxx.ur öNä3»oYù=yèy_ Zp¨Bé& $VÜyur (#qçRqà6tGÏj9 uä!#ypkà­ n?tã Ĩ$¨Y9$# tbqä3tƒur ãAqߧ9$# öNä3øn=tæ #YÎgx© 3 …………. ÇÊÍÌÈ  
Artinta: “dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu”…… (Q.S: Al-Baqarah: 143).[6]
D.    Metode dalam Pendidikan Islam
         Metode dalam pendidikan Islam (Umum dan Agama Islam) mempunyai peranan penting dalam mewujudkan tujuan-tujuan yang diciptakan bersama. Karena itu metode menjadi sebuah sarana yang bermakna dalam menyajikan pelajaran, sehingga dapat membantu siswa memahami bahan-bahan pelajaran untuk mereka. Arifin Muzayin mengingatkan, bahwa tanpa metode suatu materi pelajaran tidak akan dapat memproses secara efisien dan efektik dalam pendidikan.[7]
         Ada beberapa metode dalam melaksanakan pendidikan islam, setidaknya ada 15 metode, yaitu : ceramah, tanya jawab, mengambil pelajaran, mengkongkritkan masalah, penugasan, peragaan, diskusi, mmemberi perumpamaan, kunjungan ilmiah, korespondensi, hafalan, memberi pemahaman, memberikan pengalaman, mempermudah, dan mengembirakan.[8] Arifin Muzain, membagi metode-metode pendidikan Islam menjadi 16 macam, yaitu : berfikir, induktif deduktif, praktik, jihad, situasional, kelompok, intruksional, cerita, bimbingan, dan penyuluhan, pemberian contoh dan teladan, diskusi, soal-jawab, imstal, khitbah, targhib dan tarhieb, dan acquistion selaf education, serta taubat dan ampunan.[9]
       Dari dua teori diatas tampaknya metode-metode pendidikan Islam cukup banyak, namun dalam keragaman metode tersebut antara yang satu dengan yang lainnya memiliki kesamaan. Jika dikombinasikan berdasarkan dua teori diatas, maka metode-metode pendidikan Islam dan dibagi kedalam 11 macam, sesuai dengan metode-metode tersebut adalah :
           Metode ceramah adalah cara penyampaian materi pendidikan melalui komunikasi satu arah yaitu dari pendidik kepada peserta didik (one way traffic comunication). Metode ini agak identik dengan tausiyah (memberi nasihat), dan khutbah.
         Metode soal jawab adalah dengan cara, satu pihak memberikan pertanyaan sementara piahak lainnya memberikan jawaban. Dalam pengajaran, guru dan atau peserta didik dapat memberikan pertanyaan ataupun jawaban.
         Metode I’tibar adalah pendidikan yang dilakukan dengan cara mengambil pelajaran, hikmah, dan pengartian dari sebuah peristiwa dan atau kisah yang terjadi. Biasanya metode ini terkait dengan penyampaian metode Cerita atau Ceramah.
Metode Resitasi adalah metode pendidikan dengan pemberian tugas. Biasanya metode ini terdiri dari tugas individu dan kerja kelompok. Metode ini dimaksudkan agar proses mengetahui dan memahami ilmu pengetahuan lebih efektif.
         Metode diskusi adalah pendidikan yang dilakukan dengan cara bertukar pikiran, pendapat dengan menetapkan pengertian dan sikap terhadap suatu masalah. Dengan metode ini peserta didik akan mencapai titik kebenaran.
         Metode tamsiliyah adalah cara memberikan perumpamaan kepada yang lebih faktual. Pendidikan dengan metode ini dapat memberikan pelajaran-pelajaran berharga dari perumpamaan-perumpamaan kepada peserta didik.
           Metode mukatabah adalah pendidikan dengan cara korespondensi atau membuat surat-menyurat dalam berbagai tema (bahan pelajaran). Dengan metode ini hasil pengajaran yang disampaikan oleh pendidik akan lebih berkesan dan terkumpul dalam tulisan.
Metode tafhim adalah pendidikan dengan cara memahami apa-apa yang telah diperoleh dari belajar sendiri atau dengan  guru pendidik. Dengan metode ini peserta didik dituntut untuk lebih aktif mendapatkan makna secara mendalam terhadap bahan yang diterimanya.
         Metode cerita adalah pendidikan dengan membacakan sebuah cerita yang mengandung pelajaran baik. Dengan metode ini peserta didik dapat menyimak kisah-kisah yang diceritakan oleh guru, kemudian mengambil pelajaran dari cerita tersebut.
Metode pemberitahuan contoh dan tauladan adalah pendidikan yang dilakukan dengan cara memberikan contoh-contoh yang baik (uswahtun al-hasanah) berupa prilaku nyata, khususnya ibadah dan akhlak. Contoh tauladan ini merupakan pendidikan yang mengandung nilai paradadogis tinggi bagi peserta didik.
          Metode aquistion atau self education adalah metode pendidikan diri sendiri. Pendidikan dengan metode Self Education dilakukan dengan memberikan dorongan agar peserta didik dapat belajar dan membina diri mereka sendiri, setelah itu barulah dapat membina orang lainnya.
Berdasarkan dari penjelasan diatas jelaslah bahwa pentingnya metode dalam pendidikan. Karena dalam melakukan kegiatan belajar mengajar seorang guru menjalankan metode pembelajaran yang beraneka ragam akan membuat sarana kelas menjadi baik dan kelangsungan pembelajaran menjadi nyaman. Khususnya dalam pendidikan Islam.
E.     Pendekatan Sistem Pembelajaran
         Istilah sistem meliputi spektrum konsep yang sangat luas. Pengertian system tidak lain adalah suatu kesatuan unsur-unsur  yang saling berinteraksi secara fungsional yang memperoleh masukan menjadi keluaran.[10] Pendekatan sistem yang diterapkan dalam pembelajaran bukan saja sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga sesuai dengan perkembangan dalam psikologi belajar sistematik, yang dilandasi oleh prinsip-prinsip psikologi behavioristik dan humanistik, serta kenyataan dalam masyarakat sendiri.
           Ada dua ciri pendekatan sistem pembelajaran, yakni; (1) pendekatan sistem sebagai suatu pandangan tertentu mengenai proses pembelajaran dimana berlangsung kegiatan belajar mengajar, terjadi interaksi antara siswa dan guru, dan memberikan kemudahan bagi siswa untuk belajar secara efektif. (2) penggunaan metodologi ini untuk merancang sistem pembelajaran yang meliputi prosedur perencanaan, perancangan, pelaksanaan dan penilaian keseluruhan proses pembelajaran, yang tertuju ke pencapaian tujuan pembelajaran tertentu (konsep, prinsip, keterampilan, sikap dan nilai, kreativitas, dan sebagainya).
Pola pendekatan sistem pembelajaran. Pendekatan sistem pembelajaran disajikan dalam bentuk bagan arus (flow chart). Pada bagan tersebut digambarkan langkah-langkah yang harus ditempuh dalam sistem, yakni; (1) identifikasi kebutuhan pendidikan dan pelatihan (merumuskan masalah), (2) analisis kebutuhan untuk mentransformasikan nya menjadi tujuan-tujuan pembelajaran (analisis masalah), (3)  merancang metode dan materi p0embelajaran (pengembangan suatu pemecahan), (4) pelaksanaan pembelajaran (eksperimental), dan (5) menilai dan merevisi.[11]
F.     Pendekatan  Pembelajaran  Pendidikan Agama Islam
        Pendekatan berarti proses, perbuatan, dan cara mendekati.[12] Dari pengertian ini pendekatan pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses, perbuatan, dan cara mendekati dan mempermudah pelaksanaan pendidikan. Jika dalam kegiatan pendidikan, metode berfungsi sebagai cara mendidik, maka pendekatatan berfungsi sebagai alat bantu agar penggunaan metode tersebut mengalami kemudahan dan keberhasilan.
        Ada tiga pendekatan dalam kajian pendidikan yaitu pendekatan historis, filosofis, dan sosiologis. Pendekatan historis adalah pendekatan keilmuan dengan sejarah. Pendidikan ini di komparasikan dengan fakta yang terjadi dan berkembang dalam waktu dan tempat-tempat tertentu untuk mengetahui persamaan dan perbedaan dalam suatu permasalahan.[13] Pendekatan filosofis adalah pendekatan yang berhubungan dengan kehidupan sosial.[14] Ketiga pendekatan ini sangat berguna untuk mempelajari data yang relevan dengan permasalahan pendidikan.
        Pendekatan pendidikan Islam yang seharusnya dipahami dan dikembangkan oleh para pendidik adalah meliputi:
     1.     Pendekatan Psikologis. Yang tekanannya diutamakan pada dorongan-dorongan yang bersifat persuasif dan motivatif, yaitu suatu dorongan yang mampu menggerakan daya kognitif (mencipta hal-hal baru), konatif (daya untuk berkemauan keras), dan afektif (kemampuan yang menggerakkan daya emosional). Ketiga daya psikis tersebut dikembangkan dalam ruang lingkup penghayatan dan pengamalan ajaran agama di mana faktor-faktor pembentukan kepribadian yang berproses melalui individualisasi dan sosialisasi bagi hidup dan kehidupannya menjadi titik sentral perkembangannya.
     2.      Pendekatan sosial-kultural: yang ditekankan pada usaha pengembangan sikap pribadi dan sosial sesuai dengan tuntutan masyarakat, yang berorientasi kepada kebutuhan hidup yang semakin maju dalam berbudaya dan berperadaban. Hal ini banyak menyentuh permasalahan-permasalahan inovasi ke arah sikap hidup yang alloplastis (bersifat membentuk lingkungan sesuai dengan ide kebudayaan modern yang dimilikinya), bukannya bersifat auto plastis (hanya sekedar menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada)
      3.      Pendekatan Religik. Yakni suatu pendekatan yang membawa keyakinan (aqidah) dan keimanan dalam pribadi anak didik yang cenderung ke arah komprehensif intensif dan ekstensif (mendalam dan meluas). Pandangan yang demikian, terpancar dari sikap bahwa segala, ilmu pengetahuan itu pada hakikatnya adalah mengandung nilai-nilai ke-Tuhanan. Sikap yang demikian harus di internalisasikan (dibentuk dalam pribadi) dan di eksternalisasikan (dibentuk dalam kehidupan di luar diri pribadinya.
    4.    Pendekatan historis, yang ditekankan pada usaha pengembangan pengetahuan, sikap dan nilai keagamaan melalui proses kesejarahan. Dalam hubungan ini penyajian serta faktor waktu secara kronologis menjadi titik tolak yang dipertimbangkan dan demikian pula faktor keteladanan merupakan proses identifikasi dalam rangka mendorong penghayatan dan pengamalan agama.
    5.      Pendekatan komparatif. Yaitu pendekatan yang dilakukan dengan membandingkan suatu gejala sosial keagamaan dengan hukum agama yang ditetapkan selaras dengan siatuasi dan zamannya. Pendekatan komparatif ini sering diwujudkan dalam bentuk komparatif  studi, baik di bidang hukum agama maupun j uga antara hukum agama itu sendiri dengan hukum lain yang berjalan, seperti hukum adat, hukum pidana/perdata, dan lain-lain.
6   6.      Pendekatan filosofis. Yaitu pendekatan yang berdasarkan tinjauan atau pandangan falsafah. Pendekatan demikian cenderung kepada usaha mencapai kebenaran dengan memakai akal atau rasio. Pendekatan filosofis sering dipergunakan sekaligus dengan pola berpikir yang rasional dan membandingkan dengan pendapat-pendapat para ahli filsafat dari berbagai kurun zaman tertentu beserta aliran filsafatnya.



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Tujuan adalah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai.
2.      Drs. Burlian Somad bahwa tujuan pendidikan Islam itu ialah membentuk individu bercorak diri dan berderajat tertinggi menurut ukuran Allah. Lebih lanjut, beliau menayatakan tujuan pendidikan itu harus sama sebangun dengan tujuan hidup manusia.
3.      Secara umum, pendidikan agama Islam bertujuan untuk “meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
4.      Secara umum pendidikan berfungsi mencerdaskan dan memberdayakan individu dan masyarakat sehingga dapat hidup mandiri dan bertanggung jawab dalam membangun masyarakatnya.
5.      Metode dan pendekatan yang di jalankan dalam pendidikan islam merupakan suatu cara alat untuk lebih meningkatkan tarap kemampuan dan keintelektualan bagi peserta didik.
6.      Pendekatan pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses, perbuatan, dan cara mendekati dan mempermudah pelaksanaan pendidikan.

B.     Saran
Pemakalah menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini, masih banyak kesalahan oleh karena itu, pemakalah sangat mengharapkan saran, terutama dari Bapak Dosen sebagai pembimbing dalam mata kuliah ini, untuk dijadikan sebagai acuan dalam pembuatan makalah di kemudian hari.





[1] Zakiah Daradjat,dkk,Ilmu Pendidikan Islam.(Jakarta:PT Bumi Aksara.2008). Hal. 29
[2] Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan,Filsafat Pendidikan Islam.(Bandung: CV Pustaka Setia.1998). Hal. 62-67
[3] Muhaimin,dkk,Paradigma Pendidikan Islam.(Bandung:PT Remaja Rosdakarya.2002). Hal. 78
[4] Abdul Mujib,dkk,Ilmu Pendidikan Islam.(Jakarta: Kencana. 2006). Hal. 73-74
[5] Samsul Nizar,Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pemikiran Islam.(Jakarta:Gaya Media Pratama.2001). Hal. 106
[6] Syafaruddin, dkk.Ilmu Pendidikan Islam.(Jakarta Selatan: Hijri Pustaka Utama.2006). Hal. 74-75
[7] Arifin Muzain, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum) (Jakarta : Bumi Askara.1991) Hal. 97
[8] Syaiful Bahri djamarah dan Aswan Zain, Starategi Belajar Mengajar, (Jakarta : Renika Cipta.  1995). Hal. 253
[9] Arifin Muzain, Ilmu Pendidikan  Islam,op. cit, Hal. 65-80.
[10] Hamzah B. Uno,Perencanaan Pembelajaran.(Jakarta: PT Bumi Aksara.2008). Hal. 11
[11] Oemar Hamalik,kurikulum dan Pembelajaran.(Jakarta:Bumi Aksara.1995). Hal. 125-127
[12] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta : Balai Pustaka.1999). Hal. 218
[13] Arifin Muzain, Ilmu Pendidikan  Islam, (Jakarta : Bumi Askara.1996). Hal.160
[14] A. Mukti Ali, Metodologi Penelitian Agama :sebuah pengantar,(Jogyakarta  : Tiara Wacana Jogya.1989).  Hal. 74.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Syarat Account Officer

Syarat Account Officer Ideal Seorang Account Officer (AO) adalah orang yang melakukan pemasaran dan penjualan kredit perbankan . d...