BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Tujuan dan Fungsi
pendidikan merupakan sesuatu yang sentral dalam pendidikan. Sebab tanpa
perumusan yang jelas tentang tujuan pendidikan, perbuatan menjadi tanpa arah,
bahkan salah langkah dan tidak sesuai dengan harapan. Demikian juga dengan
pendidikan Islam yang berusaha untuk membentuk pribadi manusia melalui proses
yang panjang dengan suatu tujuan pendidikan yang jelas dan direncanakan.
Namun, tidak
semua tujuan yang telah direncanakan tersebut berjalan mulus tanpa sandungan
sedikitpun. Maka hal ini juga berkaitan dengan pendekatan pembelajaran yang
dilakukan dalam pembelajaran tersebut. Permasalahan
seringkali muncul yang berkaitan dengan tujuan pendidikan Islam, yaitu ketika
output pendidikan yang dihasilkan tidak sesuai dengan tujuan tersebut. Berdasarkan masalah tersebut di atas,
telah ditemukan kasus-kasus seperti korupsi, pelecehan seksual, kekerasan dalam
rumah tangga dan lain sebagainya yang dilakukan oleh seorang yang telah
mengenyam sebuah pendidikan Islam. Kejadian ini dapat diidentifikasi sebagai
kurangnya pemahaman tentang hakekat tujuan pendidikan Islam dalam pribadi
orang tersebut.
Selanjutnya,
berangkat dari latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulisan makalah
ini akan menjelaskan bagaimana fungsi dan tujuan serta macam-macam pendekatan
yang dilakukan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Tujuan
pendidikan menurut Islam
2.
Tujuan mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam
3.
Fungsi
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
4.
Metode dalam
pendidikan Islam
5.
Pendekatan
Sistem Pembelajaran
6.
Pendekatan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Tujuan
Pendidikan Menurut Islam
Tujuan adalah suatu yang diharapkan
tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Maka pendidikan, karena
merupakan suatu usaha dan kegiatan yang berproses melalui tahap-tahap dan
tingkatan-tingkatan, tujuannya bertahap dan bertingkat. Tujuan pendidikan
bukanlah suatu benda yang berbentuk tetap dan statis, tetapi ia merupakan suatu
keseluruhan dari kepribadian seseorang, berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya.[1] Macam-macam
tujuan pendidikan dalam Islam adalah sebagai berikut:
a. Tujuan
Umum
Tujuan umum ialah tujuan yang akan dicapai
dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara yang
lainnya. Tujuan ini meliputi seluruh aspek kemanusiaan, seperti sikap, tingkah
laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan. Bentuk Insan kamil dengan pola takwa kepada Allah
harus dapat tergambar dari seseorang yang sudah terdidik, Tujuan umum
pendidikan Islam harus sejajar dengan pandangan Islam pada manusia, yaitu
makhluk Allah yang mulia yang dengan akalnya, perasaannya, ilmunya dan
kebudayaannya, pantas menjadi khlifah Allah di muka bumi. Tujuan umum ini
meliputi pengertian, pemahaman, penghayatan, dan keterampilan berbuat. Ini
harus menempati institusi dan tingkatan pendidikan Islam.
Tujuan umum pendidikan Islam harus
dikaitkan pula dengan tujuan pendidikan nasional Negara tempat pendidikan Islam
di laksanakan serta harus dikaitkan pula dengan tujuan institusional lembaga
yang menyelenggarakan pendidikan itu. Tujuan umum ini hanya dapat dicapai
setelah melalui proses pengajaran, pengalaman, pembiasaan, penghayatan dan dan
keyakinan akan kebenarannya. Tahapan dalam mencapai tujuan itu pada pendidikan
formal (sekolah/madrasah), dirumuskan dalam bentuk tujuan kurikuler yang
selanjutnya dikembangkan dalam tujuan instruksional.
b.
Tujuan
Akhir
Pendidi kan Islam berlangsung seumur hidup
maka tujuan akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir.
Tujuan umum yang berbentuk insan kamil dengan pola takwa dapat mengalami
perubahan naik turun, bertambah dan berkurang dalam perjalanan hidup seseorang.
Perasaan, lingkungan, dan pengalaman dsapat mempengaruhinya. Karena itulah,
pendidikan Islam berlaku selama hidup untuk menumbuhkan, memupuk, mengembangkan,
memelihara dan mempertahankan tujuan pendidikan yang telah dicapai. Tujuan
akhir pendidikan Islam dapat dipahami dalam firman Allah SWT:
$pkš‰r'¯»tƒ
tûïÏ%©!$# (#qãYtB#uä
(#qà)®?$# ©!$#
¨,ym ¾ÏmÏ?$s)è? Ÿwur ¨ûèòqèÿsC žwÎ)
NçFRr&ur
tbqßJÎ=ó¡•B
ÇÊÉËÈ
Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah
sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam”.(Q.S
Al-Imran:102).
Mati
dalam keadaan berserah diri kepada Allah
inilah merupakan tujuan dan akhir proses hidup, dan ini merupakan isi kegiatan
pendidikan. Inilah akhir dari proses pendidikan yang dapat dianggap sebagai
tujuan akhir. Insan kamil yang mati dalam keadaan berserah diri kepada
Allah inilah merupakan tujuan akhir pendidikan Islam.
c. Tujuan sementara
Tujuan
sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah
pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. Pada
tujuan sementara bentuk insan kamil dengan pola takwa sudah kelihatan
pad pribadi anak didik. Tujuan pendidikan Islam seolah-olah merupakan suatu
lingkaran kecil. Semakin tinggi tingkat pendidikannya, lingkaran tersebut
semakin besar
Sejak
tujuan pendidikan tingkat permulaan, bentuk lingkarannya harus sudah kelihatan.
Bentuk lingkaran inilah yang menggambarkan insan kamil itu. Di sinilah
perbedaan yang mendasar antara bentuk tujuan pendidikan Islam dibandingkan
dengan pendidikan lainnya.
d.
Tujuan operasional
Tujuan
operasional ialah tujuan praktis yang dicapai melalui sejumlah kegiatan
pendidikan tertentu. Satu unit kegiatan pendidikan dengan bahan-bahan yang
sudah dipersiapkan dan diperkirakan akan mencapai tujuan tertentu disebut
tujuan operasional.
Drs.
Burlian Somad bahwa tujuan pendidikan Islam itu ialah membentuk individu
bercorak diri dan berderajat tertinggi menurut ukuran Allah. Lebih lanjut,
beliau menayatakan tujuan pendidikan itu harus sama sebangun dengan tujuan
hidup manusia. Allah berfirman:
$tBur
àMø)n=yz
£`Ågø:$#
}§RM}$#ur žwÎ)
Èbr߉ç7÷èu‹Ï9 ÇÎÏÈ
Artinya: “dan aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. (Adz-Dzariat:56)
Tujuan
Allah mengadakan dan menhidupkan manusia di muka bumi ini adalah agar manusia
mengabdi kepada Allah, mengabdi kepada Allah yaitu menuruti apa saja yang
dikehendaki Oleh Allah . dari ini dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam
mempunyai tujuan yang luas dan dalam, pendidikan Islam bertujuan untuk
menumbuhkan pola kepribadian manusia yang bulat melalui latihan kejiwaan,
kecerdasan otak, penalaran, perasaan dan indera. Pendidikan ini harus melayani
pertumbuhan manusia dalam semua aspek, baik aspek spiritual, intelektual,
imajinasi, jasmaniah, ilmiah, maupun bahasanya. Dan pendidikan ini mendorong
aspek tersebut kea rah keutamaan serta pencapaian kesempurnaan hidup.[2]
B.
Tujuan
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
Secara umum, pendidikan agama Islam
bertujuan untuk “meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan
peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi menjadi manusia muslim yang
beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan
pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.[3]
Perumusan tujuan pendidikan Islam harus
berorientasi pada pada hakikat pendidikan yang meliputi beberapa aspeknya,
misalnya tentang:
a.
Tujuan dan
tugas hidup manusia
b.
Memerhatikan
sifat-sifat dasar (nature) manusia
c.
Tuntutan
masyarakat
d.
Dimensi-dimensi
kehidupan ideal Islam.
Tujuan pendidikan Islam mempunyai beberapa
prinsip tertentu, guna mengantar tercapainya tujuan pendidikan,
prinsip-perinsip itu adalah sebagai berikut:
a. Prinsip universal (syumuliyah). Prinsip
yang memandang seluruh aspek agama (akidah, ibadah dan akhlak, serta muamalah),
manusia (jasmani, rohani dan nafsani), masyarakat dan tatanan
kehidupannya, serta adanya wujud jagat raya dan hidup. Prinsip ini menimbulkan
formulasi tujuan pendidikan dengan membuka, mengembangkan dan mendidik segala
aspek pribadi manusia dan kesediaan-kesediaan segala dayanya, dan meningkatkan
keadaan kebudayaan, sosial, ekonomi, dan politik untuk menyelesaikan semua
masalah dalam menghadapi tuntutan masa depan.
b. Prinsip keseimbangan dan kesederhanaan (tawazun
qa iqtishadiyah). Prinsip ini adalah keseimbangan antara berbagai aspek
kehidupan pada pribadi, berbagai kebutuhan individu dan komunitas, serta
tuntutan pemeliharaan kebudayaan silam dengan kebutuhan kebudayaan masa kini
serta berusaha mengatasi masalah-masalah yang sedang dan akan terjadi.
c. Prinsip kejelasan (tabayun). Prinsip
yang didalamnya terdapat ajaran dan hukum yang memberi kejelasan terhadap
kejiwaan manusia (qalb, akal, dan hawa nafsu) dan hukum masalah yang
dihadapi, sehingga terwujud tujuan, kurikulum, dan metode pendidikan.
d. Prinsip tak bertentangan. Prinsip yang didalamnya
terdapat ketiadaan pertentangan antara berbagai unsur dan cara pelaksanaannya,
sehingga antara satu komponen dengan komponen yang lain saling mendukung.
e. Prinsip relisme dan dapat dilaksanakan. Prinsip
yang menyatakan tidak adanya kekhayalan dalam kandungan program pendidikan,
tidak berlebih-lebihan serta danya kaidah yang praktis dan realistis, yang
sesuai dengan fitrah dan kondisi sosioekonomi, sosiopolitik, serta
sosiokultural yang ada.
f. Prinsip perubahan yang diingini. Prinsip
perubahan struktur diri manusia yang meliputi jasmaniyah, ruhaniyah dan nafsiyah;
serta perubahan kondisi psikologis, sosiologis, pengetahuan, pikiran,
kemahiran, nilai-nilai, sikap peserta didik untuk mencapai dinamisasi
kesempurnaan pendiikan.
g. Prinsip menjaga perbedaan-perbedaan individu. Prinsip
yang memerhatikan perbedaan peserta didik, baik cirri-ciri, kebutuhan,
kecerdasan, kebolehan, minat, sikap, tahap pematangan jasmani, akal, emosi,
social, dan segala aspeknya. Prinsip ini berpijak pada asumsi bahwa semua
individu ‘tidak sama’ dengan yang lain.
h. Prinsip dinamis dalam menerima perubahan dan
perkembangan yang terjadi pelaku pendidikan serta lingkungan dimana pendidikan
itu dilaksanakan.[4]
Menurut hasil
kongres Pendidikan Islam Sedunia Tahun
1980 di Islamabad, menyebutkan bahwa pendidikan Islam haruslah bertujuan
mencapai pertumbuhan kepribadian manusia yang menyeluruh secara seimbang,
melalui latihan jiwa, intelek, diri manusia yang rasional , perasaan dan
indera. Krena itu, pendidikan harus mencapai pertumbuhan manusia dalam segala
aspeknya; spiritual, intelektual, imajinatif, fisik, ilmiah, dan bahasa secara
individu maupun kolektif. Mendorong semua aspek ke arah kebaikan dan mencapai
kesempurnaan, tujuan akhirnya akhirnya adalah dengan perwujudan ketundukan yang
sempurna kepada Allah, baik secara pribadi maupun seluruh umat manusia.[5]
C.
Fungsi
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
Secara umum pendidikan berfungsi
mencerdaskan dan memberdayakan individu dan masyarakat sehingga dapat hidup
mandiri dan bertanggung jawab dalam membangun masyarakatnya. Dalam perspektif individu, fungsi pendidikan
Islam adalah sebagai kaderisasi mengarahkan pembinaan potensi anak menuju
terbentuknya pribadi muslim seutuhnya bahagia di dunia dan diakhirat.
Kepribadian yang menjaga keseimbangan hubungan dengan Allah dan hubungan dengan
manusia. Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surah Al-Imran ayat 112:
ôMt/ÎŽàÑ
ãNÍköŽn=tã èp©9Ïe%!$# tûøïr& $tB (#þqàÿÉ)èO žwÎ) 9@ö6pt¿2
z`ÏiB
«!$# 9@ö6ymur
z`ÏiB
Ĩ$¨Y9$#
râä!$t/ur 5=ŸÒtóÎ/ z`ÏiB «!$#
ôMt/ÎŽàÑur ãNÍköŽn=tã èpuZs3ó¡yJø9$#
4 ………..
Artinya: “ Mereka
diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang
kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka
kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. yang
demikian…… (Q.S Al-Imran : 112)
Dalam perspektif masyarakat, fungsi
pendidikan Islam sebagai sosialisasi terbentuknya masyarakat masyarakat Islam
yang adil dan sejahtera. Dalam konteks Al-Qur’an, ummat washatan (ummat
tengah) dijelaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 143:
y7Ï9ºx‹x.ur
öNä3»oYù=yèy_ Zp¨Bé& $VÜy™ur
(#qçRqà6tGÏj9 uä!#y‰pkà ’n?tã
Ĩ$¨Y9$#
tbqä3tƒur ãAqß™§9$#
öNä3ø‹n=tæ #Y‰‹Îgx©
3 …………. ÇÊÍÌÈ
Artinta: “dan
demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan
pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul
(Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu”…… (Q.S: Al-Baqarah: 143).[6]
D.
Metode
dalam Pendidikan Islam
Metode dalam pendidikan Islam (Umum dan
Agama Islam) mempunyai peranan penting dalam mewujudkan tujuan-tujuan yang diciptakan
bersama. Karena itu metode menjadi sebuah sarana yang bermakna dalam menyajikan
pelajaran, sehingga dapat membantu siswa memahami bahan-bahan pelajaran untuk
mereka. Arifin Muzayin mengingatkan, bahwa tanpa metode suatu materi pelajaran
tidak akan dapat memproses secara efisien dan efektik dalam pendidikan.[7]
Ada beberapa metode dalam melaksanakan
pendidikan islam, setidaknya ada 15 metode, yaitu : ceramah, tanya jawab,
mengambil pelajaran, mengkongkritkan masalah, penugasan, peragaan, diskusi, mmemberi
perumpamaan, kunjungan ilmiah, korespondensi, hafalan, memberi pemahaman,
memberikan pengalaman, mempermudah, dan mengembirakan.[8] Arifin
Muzain, membagi metode-metode pendidikan Islam menjadi 16 macam, yaitu :
berfikir, induktif deduktif, praktik, jihad, situasional, kelompok,
intruksional, cerita, bimbingan, dan penyuluhan, pemberian contoh dan teladan,
diskusi, soal-jawab, imstal, khitbah, targhib dan tarhieb, dan acquistion selaf
education, serta taubat dan ampunan.[9]
Dari dua teori diatas tampaknya
metode-metode pendidikan Islam cukup banyak, namun dalam keragaman metode
tersebut antara yang satu dengan yang lainnya memiliki kesamaan. Jika
dikombinasikan berdasarkan dua teori diatas, maka metode-metode pendidikan
Islam dan dibagi kedalam 11 macam, sesuai dengan metode-metode tersebut adalah
:
Metode ceramah adalah cara penyampaian
materi pendidikan melalui komunikasi satu arah yaitu dari pendidik kepada
peserta didik (one way traffic
comunication). Metode ini agak identik dengan tausiyah (memberi nasihat),
dan khutbah.
Metode soal jawab adalah dengan cara, satu
pihak memberikan pertanyaan sementara piahak lainnya memberikan jawaban. Dalam
pengajaran, guru dan atau peserta didik dapat memberikan pertanyaan ataupun
jawaban.
Metode I’tibar adalah pendidikan yang
dilakukan dengan cara mengambil pelajaran, hikmah, dan pengartian dari sebuah
peristiwa dan atau kisah yang terjadi. Biasanya metode ini terkait dengan
penyampaian metode Cerita atau Ceramah.
Metode Resitasi adalah metode pendidikan
dengan pemberian tugas. Biasanya metode ini terdiri dari tugas individu dan
kerja kelompok. Metode ini dimaksudkan agar proses mengetahui dan memahami ilmu
pengetahuan lebih efektif.
Metode diskusi adalah pendidikan yang
dilakukan dengan cara bertukar pikiran, pendapat dengan menetapkan pengertian
dan sikap terhadap suatu masalah. Dengan metode ini peserta didik akan mencapai
titik kebenaran.
Metode tamsiliyah adalah cara memberikan
perumpamaan kepada yang lebih faktual. Pendidikan dengan metode ini dapat
memberikan pelajaran-pelajaran berharga dari perumpamaan-perumpamaan kepada
peserta didik.
Metode mukatabah adalah pendidikan dengan
cara korespondensi atau membuat surat-menyurat dalam berbagai tema (bahan
pelajaran). Dengan metode ini hasil pengajaran yang disampaikan oleh pendidik
akan lebih berkesan dan terkumpul dalam tulisan.
Metode tafhim adalah pendidikan dengan cara
memahami apa-apa yang telah diperoleh dari belajar sendiri atau dengan guru pendidik. Dengan metode ini peserta
didik dituntut untuk lebih aktif mendapatkan makna secara mendalam terhadap
bahan yang diterimanya.
Metode cerita adalah pendidikan dengan
membacakan sebuah cerita yang mengandung pelajaran baik. Dengan metode ini
peserta didik dapat menyimak kisah-kisah yang diceritakan oleh guru, kemudian
mengambil pelajaran dari cerita tersebut.
Metode pemberitahuan contoh dan tauladan
adalah pendidikan yang dilakukan dengan cara memberikan contoh-contoh yang baik
(uswahtun al-hasanah) berupa prilaku nyata, khususnya ibadah dan akhlak. Contoh
tauladan ini merupakan pendidikan yang mengandung nilai paradadogis tinggi bagi
peserta didik.
Metode aquistion atau self education adalah
metode pendidikan diri sendiri. Pendidikan dengan metode Self Education
dilakukan dengan memberikan dorongan agar peserta didik dapat belajar dan
membina diri mereka sendiri, setelah itu barulah dapat membina orang lainnya.
Berdasarkan dari penjelasan diatas jelaslah
bahwa pentingnya metode dalam pendidikan. Karena dalam melakukan kegiatan
belajar mengajar seorang guru menjalankan metode pembelajaran yang beraneka
ragam akan membuat sarana kelas menjadi baik dan kelangsungan pembelajaran
menjadi nyaman. Khususnya dalam pendidikan Islam.
E.
Pendekatan
Sistem Pembelajaran
Istilah sistem meliputi spektrum konsep
yang sangat luas. Pengertian system tidak lain adalah suatu kesatuan
unsur-unsur yang saling berinteraksi
secara fungsional yang memperoleh masukan menjadi keluaran.[10]
Pendekatan sistem yang diterapkan dalam pembelajaran bukan saja sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga sesuai dengan
perkembangan dalam psikologi belajar sistematik, yang dilandasi oleh
prinsip-prinsip psikologi behavioristik dan humanistik, serta kenyataan dalam
masyarakat sendiri.
Ada dua ciri pendekatan sistem
pembelajaran, yakni; (1) pendekatan sistem sebagai suatu pandangan tertentu
mengenai proses pembelajaran dimana berlangsung kegiatan belajar mengajar,
terjadi interaksi antara siswa dan guru, dan memberikan kemudahan bagi siswa
untuk belajar secara efektif. (2) penggunaan metodologi ini untuk merancang
sistem pembelajaran yang meliputi prosedur perencanaan, perancangan,
pelaksanaan dan penilaian keseluruhan proses pembelajaran, yang tertuju ke
pencapaian tujuan pembelajaran tertentu (konsep, prinsip, keterampilan, sikap
dan nilai, kreativitas, dan sebagainya).
Pola pendekatan sistem pembelajaran.
Pendekatan sistem pembelajaran disajikan dalam bentuk bagan arus (flow chart).
Pada bagan tersebut digambarkan langkah-langkah yang harus ditempuh dalam
sistem, yakni; (1) identifikasi kebutuhan pendidikan dan pelatihan (merumuskan
masalah), (2) analisis kebutuhan untuk mentransformasikan nya menjadi tujuan-tujuan
pembelajaran (analisis masalah), (3) merancang metode dan materi p0embelajaran
(pengembangan suatu pemecahan), (4) pelaksanaan pembelajaran (eksperimental),
dan (5) menilai dan merevisi.[11]
F.
Pendekatan
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Pendekatan berarti proses, perbuatan, dan
cara mendekati.[12]
Dari pengertian ini pendekatan pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses,
perbuatan, dan cara mendekati dan mempermudah pelaksanaan pendidikan. Jika
dalam kegiatan pendidikan, metode berfungsi sebagai cara mendidik, maka
pendekatatan berfungsi sebagai alat bantu agar penggunaan metode tersebut
mengalami kemudahan dan keberhasilan.
Ada tiga pendekatan dalam kajian pendidikan
yaitu pendekatan historis, filosofis, dan sosiologis. Pendekatan historis
adalah pendekatan keilmuan dengan sejarah. Pendidikan ini di komparasikan
dengan fakta yang terjadi dan berkembang dalam waktu dan tempat-tempat tertentu
untuk mengetahui persamaan dan perbedaan dalam suatu permasalahan.[13]
Pendekatan filosofis adalah pendekatan yang berhubungan dengan kehidupan sosial.[14]
Ketiga pendekatan ini sangat berguna untuk mempelajari data yang relevan dengan
permasalahan pendidikan.
Pendekatan pendidikan Islam yang seharusnya
dipahami dan dikembangkan oleh para pendidik adalah meliputi:
1. Pendekatan
Psikologis. Yang tekanannya diutamakan pada
dorongan-dorongan yang bersifat persuasif dan motivatif, yaitu suatu dorongan
yang mampu menggerakan daya kognitif (mencipta hal-hal baru), konatif (daya
untuk berkemauan keras), dan afektif (kemampuan yang menggerakkan daya
emosional). Ketiga daya psikis tersebut dikembangkan dalam ruang lingkup
penghayatan dan pengamalan ajaran agama di mana faktor-faktor pembentukan
kepribadian yang berproses melalui individualisasi dan sosialisasi bagi hidup
dan kehidupannya menjadi titik sentral perkembangannya.
2.
Pendekatan
sosial-kultural: yang ditekankan pada usaha
pengembangan sikap pribadi dan sosial sesuai dengan tuntutan masyarakat, yang
berorientasi kepada kebutuhan hidup yang semakin maju dalam berbudaya dan berperadaban.
Hal ini banyak menyentuh permasalahan-permasalahan inovasi ke arah sikap hidup
yang alloplastis (bersifat membentuk lingkungan sesuai dengan ide
kebudayaan modern yang dimilikinya), bukannya bersifat auto plastis (hanya
sekedar menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada)
3.
Pendekatan
Religik. Yakni suatu pendekatan yang membawa
keyakinan (aqidah) dan keimanan dalam pribadi anak didik yang cenderung ke arah
komprehensif intensif dan ekstensif (mendalam dan meluas). Pandangan yang
demikian, terpancar dari sikap bahwa segala, ilmu pengetahuan itu pada
hakikatnya adalah mengandung nilai-nilai ke-Tuhanan. Sikap yang demikian harus
di internalisasikan (dibentuk dalam pribadi) dan di eksternalisasikan (dibentuk
dalam kehidupan di luar diri pribadinya.
4. Pendekatan
historis, yang ditekankan pada usaha pengembangan
pengetahuan, sikap dan nilai keagamaan melalui proses kesejarahan. Dalam
hubungan ini penyajian serta faktor waktu secara kronologis menjadi titik tolak
yang dipertimbangkan dan demikian pula faktor keteladanan merupakan proses
identifikasi dalam rangka mendorong penghayatan dan pengamalan agama.
5.
Pendekatan
komparatif. Yaitu pendekatan yang dilakukan dengan
membandingkan suatu gejala sosial keagamaan dengan hukum agama yang ditetapkan
selaras dengan siatuasi dan zamannya. Pendekatan komparatif ini sering
diwujudkan dalam bentuk komparatif
studi, baik di bidang hukum agama maupun j uga antara hukum agama itu
sendiri dengan hukum lain yang berjalan, seperti hukum adat, hukum
pidana/perdata, dan lain-lain.
6 6.
Pendekatan
filosofis. Yaitu pendekatan yang berdasarkan
tinjauan atau pandangan falsafah. Pendekatan demikian cenderung kepada usaha
mencapai kebenaran dengan memakai akal atau rasio. Pendekatan filosofis sering
dipergunakan sekaligus dengan pola berpikir yang rasional dan membandingkan
dengan pendapat-pendapat para ahli filsafat dari berbagai kurun zaman tertentu
beserta aliran filsafatnya.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Tujuan
adalah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan
selesai.
2.
Drs.
Burlian Somad bahwa tujuan pendidikan Islam itu ialah membentuk individu
bercorak diri dan berderajat tertinggi menurut ukuran Allah. Lebih lanjut,
beliau menayatakan tujuan pendidikan itu harus sama sebangun dengan tujuan
hidup manusia.
3.
Secara
umum, pendidikan agama Islam bertujuan untuk “meningkatkan keimanan, pemahaman,
penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi
menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta
berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
4.
Secara
umum pendidikan berfungsi mencerdaskan dan memberdayakan individu dan
masyarakat sehingga dapat hidup mandiri dan bertanggung jawab dalam membangun
masyarakatnya.
5.
Metode dan
pendekatan yang di jalankan dalam pendidikan islam merupakan suatu cara alat
untuk lebih meningkatkan tarap kemampuan dan keintelektualan bagi peserta
didik.
6.
Pendekatan
pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses, perbuatan, dan cara mendekati
dan mempermudah pelaksanaan pendidikan.
B.
Saran
Pemakalah menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini, masih banyak kesalahan oleh karena itu, pemakalah sangat
mengharapkan saran, terutama dari Bapak Dosen sebagai pembimbing dalam mata
kuliah ini, untuk dijadikan sebagai acuan dalam pembuatan makalah di kemudian
hari.
[1] Zakiah Daradjat,dkk,Ilmu Pendidikan Islam.(Jakarta:PT Bumi
Aksara.2008). Hal. 29
[2] Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan,Filsafat Pendidikan Islam.(Bandung:
CV Pustaka Setia.1998). Hal. 62-67
[3] Muhaimin,dkk,Paradigma Pendidikan Islam.(Bandung:PT Remaja
Rosdakarya.2002). Hal. 78
[4] Abdul Mujib,dkk,Ilmu Pendidikan Islam.(Jakarta: Kencana.
2006). Hal. 73-74
[5] Samsul Nizar,Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pemikiran Islam.(Jakarta:Gaya
Media Pratama.2001). Hal. 106
[6] Syafaruddin, dkk.Ilmu Pendidikan Islam.(Jakarta Selatan:
Hijri Pustaka Utama.2006). Hal. 74-75
[7] Arifin Muzain, Kapita Selekta
Pendidikan (Islam dan Umum) (Jakarta
: Bumi Askara.1991) Hal. 97
[8] Syaiful Bahri djamarah dan Aswan Zain, Starategi Belajar Mengajar, (Jakarta : Renika Cipta. 1995). Hal. 253
[9] Arifin Muzain, Ilmu
Pendidikan Islam,op. cit, Hal. 65-80.
[10] Hamzah B. Uno,Perencanaan Pembelajaran.(Jakarta: PT Bumi
Aksara.2008). Hal. 11
[11] Oemar Hamalik,kurikulum dan Pembelajaran.(Jakarta:Bumi
Aksara.1995). Hal. 125-127
[12] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia. (Jakarta : Balai Pustaka.1999). Hal. 218
[13] Arifin Muzain, Ilmu
Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Askara.1996). Hal.160
[14] A. Mukti Ali, Metodologi Penelitian
Agama :sebuah pengantar,(Jogyakarta
: Tiara Wacana Jogya.1989). Hal.
74.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar