Sabtu, 21 Desember 2013

Inflasi dalam Ekonomi Islam

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Inflasi merupakan masalah yang terus menerus menjadi perhatian pemerintah. Tujuan jangka panjang pemerintah adalah menjaga agar tingkat inflasi yang berlaku berada pada tingkat yang sangat rendah. Tingkat inflasi nol persen bukanlah tujuan utama kebijakan pemerintah karena hal itu sangatlah sulit, yang paling penting adalah mengusahakan untuk menjaga agar tingkat inflasi tetap rendah.
Kebijakan-kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi inflasi antara lain dengan kebijakan moneter, kebijakan fiskal dan kebijakan-kebijakan lain yang bertujuan menurunkan tingkat inflasi. Bagaimanakah Ekonomi konvensional dan ekonomin  Islam menangani masalah inflasi, hal itu akan di bahas dalam makalah ini.

B.     Rumusan Masalah
            1.      Pengertian inflasi
            2.      Inflasi dalam perspektif ekonomi konvensional
            3.      Inflasi dalam perpektif ekonomi Islam
            4.      Dampak inflasi
            5.      Perbedaan inflasi menurut ekonomi konvensional dan ekonomi islam






BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Inflasi
Inflasi didefinisikan sebagai suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi juga dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam sesuatu perekonomian. Pengertian inflasi Islam tidak berbeda dengan inflasi konvensional. Inflasi mempunyai pengertian sebagai sebuah gejala kenaikan harga barang yang bersifat umum dan terus-menerus.
Dari pengertian ini, inflasi mempunyai penjelasan bahwa inflasi merupakan suatu gejala dimana banyak terjadi kenaikan harga barang yang terjadi secara sengaja ataupun secara alami yang terjadi tidak hanya di suatu tempat, melainkan diseluruh penjuru suatu negara bahkan dunia. Kenaikan harga ini berlangsung secara berkesinambungan dan bisa makin meninggi lagi harga barang tersebut jika tidak ditemukannya solusi pemecahan penyimpangan–penyimpangan yang menyebabkan terjadinya inflasi tersebut.
B.     Inflasi dalam Perspektif Ekonomi Konvensional
Dalam banyak literatur disebutkan bahwa inflasi didefenisikan sebagai kenaikan harga umum secara terus menerus dari suatu perekonomian. Menurut Rahardja dan Manurung, mengatakan bahwa inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus menerus. Sedangkan menurut Sukirno inflasi yaitu, kenaikan dalam harga barang dan jasa yang terjadi karena permintaan bertambah lebih besar dibandingkan dengan penawaran barang di pasar. Dengan kata lain, terlalu banyak uang yang memburu barang yang terlalu sedikit.
Terdapat berbagai jenis inflasi. Bebera kelompok besar dari inflasi adalah sebagai berikut:
1.      Policy induced, disebabkan oleh kebijakan ekspansi moneter yang juga bisa merefleksikan defisit anggaran yang berlebihan dan cara pembiayaannya.
2.      Cost-push inflation, disebabkan oleh kenaikan biaya-biaya yang bisa terjadi walaupun pada saat tingkat pengangguran tinggi dan tingkat penggunaan kapasitas produksi rendah.
3.      Demand-full inflation, disebabkan oleh permintaan agregat yang berlebihan yang mendorong kenaikan tingkat harga umum.
4.      Inertial inflation, cenderung untuk berlanjut pada tingkat yang sama sampai kejadian ekonomi yang menyebabkan berubah. Jika inflasi terus bertahan, dan tingkat ini diantisipasi dalam bentuk kontrak finansial dan upah, kenaikan inflasi akan terus berlanjut.
Menurut Sukirno bahwa berdasarkan pada sumber atau penyebab kenaikan harga-harga yang berlaku, inflasi biasanya dibedakan kepada tiga bentuk, yaitu:
1.      Inflasi tarikan permintaan, inflasi ini biasanya terjadi pada masa perekonomian berkembang pesat. Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan tingkat pendapatan yang tinggi dan selanjutnya mengeluarkan pengeluaran yang melebihi kemampuan ekonomi mengeluarkan barang dan jasa. Pengeluaran yang berlebihan ini yang akan menimbulkan inflasi.
2.      Inflasi desakan biaya, inflasi ini juga terjadi pada saat perekonomian berkembang dengan pesat ketika tingkat pengangguran sangat rendah.
3.      Inflasi diimpor, inflasi ini terjadi apabila barang-barang impor yang mengalami kenaikan harga mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan pengeluaran di perusahaan-perusahaan.
Menurut ilmu ekonomi modern, terdapat dua jenis inflasi yang berbeda satu sama lain yaitu, inflasi karena dorongan biaya (cost-push inflation) dan inflasi karena meningkatnya permintaan (demand-full inflation). Dalam hal infalsi karena dorongan biaya, kenaikan upah memaksa industry untuk menaikkan harga guna menutup biaya upah dalam kontrak yang baru yang mengakibatkan adanya pola siklus upah  dan harga yang lebih tinggi yang disebut spiral harga upah (wage price spiral) dalam hal inflasi karena meningkatnya permintaan, permintaan yang tiggi atas kredit merangsang pertumbuhan produk nasional bruto yang selanjutnya menarik harga lebih jauh keatas.
Mewujudkan inflasi nol persen secara terus menerus dalam perekonomian yang sedang berkembang adalah sulit untuk dicapai. Oleh sebab itu, dalam jangka panjang yang perlu diusahakan adalah menjaga agar tingkat inflasi pada tingkat yang sangat rendah. Untuk menjaga kestabilan ekonomi, pemerintah perlu menjalankan kebijakan menurunkan tingkat inflasi. Kebijakan-kebijakan tersebut adalah:
1.      Kebijakan fiskal, kebijakan yang dilaksanakan adalah dalam bentuk mengurangi pengeluaran pemerintah, langkah ini menimbulkan efek yang cepat dalam mengurangi pengeluaran dalam perekonomian.
2.      Kebijakan moneter, yaitu peraturan yang dikeluarkan otoritas moneter (bank sentral) untuk mengendalikan jumlah uang beredar. Agar perekonomian tumbuh lebih cepat, bank sentral bisa memberikan lebih banyak kredit kepada system perbankan melalui pasar terbuka. Akan tetapi, apabila ekonomi tumbuh terlalu cepat  dan inflasi menjadi masalah yang semakin besar, maka bank sentral dapat melakukan operasi pasar terbuka (open market operations), menarik uang dari system perbankan, menaikkan persyaratan minimum (reserve requirement), atau menaikkan tingkat diskonto (interest or discount rate), sehingga demikian akan memperlambat pertumbuhan ekonomi.

C.    Inflasi dalam Perspektif Ekonomi Islam
Ekonomi Islam merupakan ikhtiar pencarian sistem ekonomi yang lebih baik setelah ekonomi kapitalis gagal total. Bisa dibayangkan betapa tidak adilnya, betapa pincangnya akibat sistem kapitalis yang berlaku sekarang ini, yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Selain itu, dalam pelaksanaannya, ekonomi kapitalis banyak menimbulkan permasalahn. Pertama, ketidakadilan dalam berbagai macam kegiatan yang tercermin dalam ketidakmerataan pembagian pendaoatan masyarakat. Kedua, ketidakstabilan dari sistem ekonomi yang ada saat ini menimbulkan berbagai gejolak dalam kegiatannya.
Dalam ekonomi Islam tidak dikenal dengan inflasi, karena mata uang yang dipakai adalah dinar dan dirham, yang mana mempunyai nilai yang stabil dan dibenarkan oleh Islam, namun dinar dan dirham di sini adalah dalam artian yang sebenarnya yaitu yang dalam bentuk emas maupun perak bukan dinar-dirham yang sekedar nama. Adiwarman Karim mengatakan bahwa Syeikh An-Nabahani memberikan beberapa alasan mengapat mata uang yang sesuai itu adalah dengan menggunakan emas. Ketika Islam melarang praktik penimbunan harta, Islam hanya mengkhususkan larangan tersebut untuk emas dan perak. Padahal harta itu mencakup semua barang yang bisa dijadikan sebagai  kekayaan.
1.      Islam telah mengaitkan emas dan perak dengan hukum yang baku dan tidak berubah-ubah, ketika Islam mewajibkan diat, maka yang dijadikan sebagai ukurannya adalah dalam bentuk emas.
2.      Rasulullah SAW telah menetapkan emas dan perak sebagai mata uang dan beliau menjadikan hanya emas dan perak sebagai standar uang.
3.      Ketika Allah SWT mewajibkan zakat uang, Allah telah mewajibkan zakat tersebut dengan nisab emas dan perak.
4.       Hukum-hukum tentang pertukaran mata uang yang terjadi dalam transaksi uang hanya dilakukan dengan emas dan perak, begitupun dengan transaksi lainnya hanya dinyatakan dengan emas dan perak.
Penurunan nilai dinar atau dirham memang masih mungkin terjadi, yaitu ketika nilai emas yang menopang nilai nominal dinar itu mengalami penurunan. Diantaranya akibat ditemukannya emas dalam jumlah yang besar di suatu negara, tapi keadaan ini kecil sekali kemungkinannya.
Kondisi defisit pernah terjadi pada zaman Rasulullah dan ini hanya terjadi satu kali yaitu sebelum perang Hunain. Walaupun demikian, Al-Maqrizi membagi inflasi ke dalam dua macam yaitu, inflasi akibat berkurangnya persediaan barang dan akibat kesalahan manusia. Inflasi jenis pertama inilah yang terjadi pada zaman Rasulullah dan khulafaur rasyidin, yaitu karena kekeringan atau karena peperangan.[1]
Ekonom Islam Taqiudin Ahmad ibn al-Maqrizi (91364 M – 1441 M), yang merupakan salah satu murid dari Ibn Khaldun, menggolongkan inflasi dalam dua golongan, yaitu :
1.      Natural Inflation
Sesuai dengan namanya, inflasi jenis ini diakibatkan oleh sebab-sebab alamiah di mana orang tidak mempunyai kendali atasnya (dalam hal mencegah). Ibn Al-Marizi mengatakan bahwa inflasi ini adalah inflasi yang diakibatkan oleh turunnya Penawaran Agregatif (AS) atau naiknya Permintaan Agregatif (AD). Maka natural inflation akan dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya menjadi dua golongan yaitu sebagai berikut :
a.       Akibat uang yang masuk dari luar negeri terlalu banyak, dimana ekspor naik (X­) sedangkan impor turun (M¯) sehingga nilai ekspor bersih sangat besar, maka mengakibatkan  naiknya Permintaan Agregat (AD­).
Hal ini pernah terjadi pada masa pemerintahan kahlifah Umar ibn Khattab r.a. pada masa itu kafilah pedagang yang menjual barangnya dari luar negeri membeli barang-barang yang mereka jual (positie net exsport). Adanya positie net exsport akan menjadikan keuntungan, keuntungan yang berupa kelebihan uang tersebut akan dibawa masuk ke Madinah sehingga pendapatan dan daya beli masyarakat akan naik (AD­). Naiknya Permintaan Agregatif (AD­), akan mengakibatkan naiknya tingkat harga secara keseluruhan (P­).
Apa yang dilakukan oleh khalifah Umar bin Khattab r.a untuk mengatasi permasalahn tersebut? Beliau melarang penduduk Madinah untuk membeli barang-barang atau komoditi selama 2 hari berturut-turut. Akibatnya adalah turunnya Permintaan Agregatif (AD ¯) dalam perekonomian. Setelah pelarangan tersebut maka tingkat harga kembali normal.
b.      Akibat dari turunnya tingkat produksi (AS¯) karena terjadinya paceklik, perang, ataupun embargo dan boycott.
Hal ini pernah terjadi pula pada masa pemerintahan khalifah Umar bin Khattab yaitu pada saat paceklik yang mengakibatkan kelangkaan gandum, atau dapat digambarkan  pada grafik kura AS bergeser ke kiri, yang kemudian mengakibatkan naikn tingkat harga-harga.
Apa yang dilakukan oleh khalifah Umar bin khattab r.a terhadap permasalahan ini? Beliau melakukan impor gandum dari Fustat – Mesir sehingga penawaran agregatif (AS¯) barang di pasar kembali naik yang kemudian berakibat pada turunnya tingkat harga-harga (P­).

Jadi inflasi yang terjadi karena sebab-sebab yang alamiah, atau murni karena tarikan permintaan dan penawaran, maka pemerintah tidak perlu khawatir. Karena solusi yang dapat dilakukan adalah dengan menstabilkan baik permintaan agregat maupun penawaran agregat pada kondisi semula sebelum terjadinya kenaikan harga atau inflasi.
2.      Human Error Inflation
Selain dari penyebab-penyebab yang dimaksud pada natural inflation, maka inflasi-inflasi yang disebabkan oleh hal-hal lainnya dapat digolongkan sebagai human error inflation atau  false inflation. Human error inflation dikatakan sebagai inflasi yang disebabkan oleh kesalahan-kesalahan dari manusia itu sendiri (sesuai dengan QS Ar-Rum 30:41). Human error inflation dapat dikelompokkan menurut penyebab-penyebabnya sebagai berikut :



a.       Korupsi dan bad administration
Korupsi akan menaikan tingkat harga, karena produsen harus menaikkan harga jual pada produksinya untuk menutupi biaya-biaya “siluman” yang telah mereka bayarkan. Birokrasi perijinan yang berbelit-belit, dimana hanya untuk pengurusan suatu ijin harus melalui beberapa instansi, hal ini tentu akan menambah biaya produksi dari produsen dan berakibat pada kenaikan harga. Hal yang harus dilakukan oleh pemerintah adalah dengan menghilangkan korupsi dan melakukan reformasi birokrasi.
Jika menggunakan pendekatan kepada permintaan agregat (AD) dan penawaran agregat (AS), maka korupsi dan administrasi yang buruk akan menyebabkan kontraksi pada kurva penawaran agregat, yang menyebabkan terjadinya kenaikan harga. Selain menyebabkan inefisiensi alokasi sumber daya dan ekonomi biaya tinggi, korupsi dan administrasi yang buruk akan dapat menyebabkan perekonomian terpuruk.
b.      Pajak yang berlebihan (excessie tax).
Efek yang ditimbulkan oleh pengenaan pajak yang berlebihan pada perekonomian akan memberikan pengaruh yang sama dengan pengaruh yang ditimbulkan oleh korupsi dan adminstrasi yang buruk yaitu bterjadinya kontraksi pada kurva penawaran agregat. Jika dilihat lebih lanjut, pajak yang berlebihan mengakibatkan pada effeciency atau  loss dead weight loss.
 Ini termasuk masalah pula dalam perekonomian di Indonesia, terutama pasca penerapan ekonomi daerah, dimana setiap daerah memiliki kebijakan tersendiri dalam menggali sektor-sektor ysng dapat dijadikan sebagai obyek untuk meningkat kan pendapatan asli daerah.
c.       Pencetakan uang dengan maksud menarik keuntungan yang berlebihan (excessive seignorage).
Seignorage arti tradisonalnya adalah keuntungan dari pencetakan koin yang didapat oleh percetakannya dimana biassanya percetakan tersebut dimiliki oleh penguasa. Pencetakan uang yang terlalu berlebihan akan mengakibatkan terlalu banyak jumlah uuang beredar di masyarakat, hal ini berimplikasi pada penurunan nilai mata uang. Hal ini telah terbukti di Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, dimana kebutuhan anggaran pemerintah dibiayai oleh pencetakan uang. Namun karena berlebihan hal ini menyebabkan terjadinya inflasi.[2]
D.    Dampak Inflasi
Menurut para ekonom Islam, inflasi berakibat sangat buruk bagi perekonomian negara, karena :
1.      Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap fungsi tabungan (nilai simpan), fungsi dari pembayaran di muka, dan fungsi dari unit penghitungan. Orang harus melepaskan diri dari uang dan aset keuangan akibat dari beban inflasi tersebut. Inflasi juga telah mengakibatkan terjadinya inflasi kembali, atau dengan kata lain “self feeding inflation”
2.      Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari masyarakat (turunnya marginal propensity to save). Hal ini berakibat pada menurunnya dana pembiayaan yang akan disalurkan.
3.      Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama pembelanjaan untuk barang-barang non-primer dan barang-barang mewah (naiknya marginal propensity to consume).
4.      Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non-produktif yaitu penumpukan kekayaan (hoarding) seperti pada aset property yaitu tanah dan bangunan, logam mulia, mata uang asing dengan mengorbankan inestasi ke arah produktif seperti pertanian, industrial, perdagangan, transportasi, dan lainnya.
Kenaikan harga-harga yang tinggi (inflasi) dan terus menerus bukan saja menimbulkan beberapa efek buruk terhadap kegiatan ekonomi, tetapi juga kepada kemakmuran individu dan masyarakat. Inflasi yang tinggi tidak akan menggalakkan perkembangan ekonomi. Biaya yang terus menerus naik menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan. Kenaikan harga-harga menimbulkan efek yang buruk pula kepada perdagangan. Kenaikan harga menyebabkan barang-barang Negara itu tidak dapat bersaing di pasar Internasional, maka ekspor akan menurun.
Disamping menimbulkan efek buruk terhadap ekonomi Negara, inflasi juga akan menimbulkan efek-efek berikut pada individu dan masyarakat:
1.      Inflasi akan menurunkan pendapatan riil orang-orang yang berpendaptan tetap.
2.      Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang.
3.      Memperburuk pembagian kekayaan.[3]

E.     Perbedaan Inflasi Menurut Ekonomi Konvensional dan Ekonomi Islam
1.      Sebab-sebab Inflasi
a.       Ekonomi Konvensional:
·         Policy induced, disebabkan oleh kebijakan ekspansi moneter yang juga bisa merefleksikan defisit anggaran yang berlebihan dan cara pembiayaannya.
·         Cost-push inflation, disebabkan oleh kenaikan biaya-biaya yang bisa terjadi walaupun pada saat tingkat pengangguran tinggi dan tingkat penggunaan kapasitas produksi rendah.
·         Demand-full inflation, disebabkan oleh permintaan agregat yang berlebihan yang mendorong kenaikan tingkat harga umum.
·         Inertial inflation, cenderung untuk berlanjut pada tingkat yang sama sampai kejadian ekonomi yang menyebabkan berubah.
b.      Ekonomi Islam:
·         Natural cause inflation, inflasi yang terjadi dikarena kondisi alam yang tidak bisa dicegah.
·         Human error cause inflation, yaitu inflasi yang terjadi karena kesalahan manusai itu sendiri, seperti korupsi, penetapan pajak yang tinggi, penambahan jumlah uang yang beredar dan penimbunan barang.
2.      Solusi dalam mengatasi Inflasi
a.       Ekonomi Konvensional:
·         Kebijakan moneter
·         Kebijakan fiskal
·         Kebijakan non-moneter, yaitu dengan cara menaikkan hasil produksi, kebijaksanaan upah, pengawasan harga
b.      Ekonomi Islam:
·         Menggunakan emas dan perak sebagai alat tukar
·         Menjadikan emas perak sebagai standart nilai tukar uang dunia
·          Islam telah mengitkan emas dan perak dengan hukum yang baku dan tidak berubah-ubah, diamana ketika Islam mewajibkan diat, maka harus menggunakan standart emas perak
·         Ketika Allah mewajibkan pembayaran zakat, maka nisabnya berdasarkan emas dan perak.








BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      inflasi adalah kenaikan harga umum secara terus menerus dari suatu perekonomian.
2.      Bebera kelompok besar dari inflasi adalah sebagai berikut:
c.       Policy induced, disebabkan oleh kebijakan ekspansi moneter yang juga bisa merefleksikan defisit anggaran yang berlebihan dan cara pembiayaannya.
d.      Cost-push inflation, disebabkan oleh kenaikan biaya-biaya yang bisa terjadi walaupun pada saat tingkat pengangguran tinggi dan tingkat penggunaan kapasitas produksi rendah.
e.       Demand-full inflation, disebabkan oleh permintaan agregat yang berlebihan yang mendorong kenaikan tingkat harga umum.
f.       Inertial inflation, cenderung untuk berlanjut pada tingkat yang sama sampai kejadian ekonomi yang menyebabkan berubah.
3.      Perbedaan inflasi menurut ekonomi konvensional dan ekonomi Islam dapat di lihat dari penyebab dan solusi dalam menghadapi inflasi.

B.     Saran
Pemakalah menyadari bahwa penulisa makalah ini belum sepenuhnya sempurna dan masih terdapat kesalahan, oleh sebab itu pemakalah sangat membutuhkan saran dari pembaca terutama dari Bapak Dosen selaku pembimbing dalam matakuliah ini.




[1] Nurul Huda, dkk,Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoretis.(Jakarta:Kencana.2011). Hal. 189-190
[2] Adiwarman A. Karim,Ekonomi Makro Islam.(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.2007). Hal. 139-149
[3] Sadono Sukirno,Makro Ekonomi Teori Pengantar(Jakarta:Rajawali Pers.2011). Hal. 338-339

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Syarat Account Officer

Syarat Account Officer Ideal Seorang Account Officer (AO) adalah orang yang melakukan pemasaran dan penjualan kredit perbankan . d...