BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Inflasi merupakan masalah yang terus
menerus menjadi perhatian pemerintah. Tujuan jangka panjang pemerintah adalah
menjaga agar tingkat inflasi yang berlaku berada pada tingkat yang sangat
rendah. Tingkat inflasi nol persen bukanlah tujuan utama kebijakan pemerintah
karena hal itu sangatlah sulit, yang paling penting adalah mengusahakan untuk
menjaga agar tingkat inflasi tetap rendah.
Kebijakan-kebijakan yang dilakukan
pemerintah untuk mengatasi inflasi antara lain dengan kebijakan moneter,
kebijakan fiskal dan kebijakan-kebijakan lain yang bertujuan menurunkan tingkat
inflasi. Bagaimanakah Ekonomi konvensional dan ekonomin Islam menangani masalah inflasi, hal itu akan
di bahas dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian inflasi
2. Inflasi dalam perspektif ekonomi
konvensional
3. Inflasi dalam perpektif ekonomi Islam
4. Dampak inflasi
5. Perbedaan inflasi menurut ekonomi
konvensional dan ekonomi islam
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Inflasi
Inflasi didefinisikan sebagai suatu
proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Dengan kata
lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi
juga dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku
dalam sesuatu perekonomian. Pengertian inflasi Islam tidak berbeda dengan
inflasi konvensional. Inflasi mempunyai pengertian sebagai sebuah gejala
kenaikan harga barang yang bersifat umum dan terus-menerus.
Dari pengertian ini, inflasi mempunyai
penjelasan bahwa inflasi merupakan suatu gejala dimana banyak terjadi kenaikan
harga barang yang terjadi secara sengaja ataupun secara alami yang terjadi
tidak hanya di suatu tempat, melainkan diseluruh penjuru suatu negara bahkan
dunia. Kenaikan harga ini berlangsung secara berkesinambungan dan bisa
makin meninggi lagi harga barang tersebut jika tidak ditemukannya solusi
pemecahan penyimpangan–penyimpangan yang menyebabkan terjadinya inflasi
tersebut.
B.
Inflasi dalam Perspektif Ekonomi Konvensional
Dalam banyak
literatur disebutkan bahwa inflasi didefenisikan sebagai kenaikan harga umum
secara terus menerus dari suatu perekonomian. Menurut Rahardja dan Manurung,
mengatakan bahwa inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang
bersifat umum dan terus menerus. Sedangkan menurut Sukirno inflasi yaitu,
kenaikan dalam harga barang dan jasa yang terjadi karena permintaan bertambah
lebih besar dibandingkan dengan penawaran barang di pasar. Dengan kata lain,
terlalu banyak uang yang memburu barang yang terlalu sedikit.
Terdapat berbagai
jenis inflasi. Bebera kelompok besar dari inflasi adalah sebagai berikut:
1.
Policy induced, disebabkan oleh kebijakan ekspansi moneter yang
juga bisa merefleksikan defisit anggaran yang berlebihan dan cara
pembiayaannya.
2.
Cost-push inflation, disebabkan oleh kenaikan biaya-biaya yang bisa
terjadi walaupun pada saat tingkat pengangguran tinggi dan tingkat penggunaan
kapasitas produksi rendah.
3.
Demand-full inflation, disebabkan oleh permintaan agregat yang berlebihan
yang mendorong kenaikan tingkat harga umum.
4.
Inertial inflation, cenderung untuk berlanjut pada tingkat yang sama
sampai kejadian ekonomi yang menyebabkan berubah. Jika inflasi terus bertahan,
dan tingkat ini diantisipasi dalam bentuk kontrak finansial dan upah, kenaikan
inflasi akan terus berlanjut.
Menurut
Sukirno bahwa berdasarkan pada sumber atau penyebab kenaikan harga-harga yang
berlaku, inflasi biasanya dibedakan kepada tiga bentuk, yaitu:
1.
Inflasi tarikan permintaan, inflasi ini biasanya
terjadi pada masa perekonomian berkembang pesat. Kesempatan kerja yang tinggi
menciptakan tingkat pendapatan yang tinggi dan selanjutnya mengeluarkan
pengeluaran yang melebihi kemampuan ekonomi mengeluarkan barang dan jasa.
Pengeluaran yang berlebihan ini yang akan menimbulkan inflasi.
2.
Inflasi desakan biaya, inflasi ini juga terjadi pada
saat perekonomian berkembang dengan pesat ketika tingkat pengangguran sangat
rendah.
3.
Inflasi diimpor, inflasi ini terjadi apabila
barang-barang impor yang mengalami kenaikan harga mempunyai peranan yang
penting dalam kegiatan pengeluaran di perusahaan-perusahaan.
Menurut ilmu
ekonomi modern, terdapat dua jenis inflasi yang berbeda satu sama lain yaitu,
inflasi karena dorongan biaya (cost-push inflation) dan inflasi karena
meningkatnya permintaan (demand-full inflation). Dalam hal infalsi karena
dorongan biaya, kenaikan upah memaksa industry untuk menaikkan harga guna
menutup biaya upah dalam kontrak yang baru yang mengakibatkan adanya pola
siklus upah dan harga yang lebih tinggi
yang disebut spiral harga upah (wage price spiral) dalam hal inflasi karena
meningkatnya permintaan, permintaan yang tiggi atas kredit merangsang
pertumbuhan produk nasional bruto yang selanjutnya menarik harga lebih jauh
keatas.
Mewujudkan
inflasi nol persen secara terus menerus dalam perekonomian yang sedang
berkembang adalah sulit untuk dicapai. Oleh sebab itu, dalam jangka panjang
yang perlu diusahakan adalah menjaga agar tingkat inflasi pada tingkat yang
sangat rendah. Untuk menjaga kestabilan ekonomi, pemerintah perlu menjalankan
kebijakan menurunkan tingkat inflasi. Kebijakan-kebijakan tersebut adalah:
1.
Kebijakan fiskal, kebijakan yang dilaksanakan adalah
dalam bentuk mengurangi pengeluaran pemerintah, langkah ini menimbulkan efek
yang cepat dalam mengurangi pengeluaran dalam perekonomian.
2.
Kebijakan moneter, yaitu peraturan yang dikeluarkan
otoritas moneter (bank sentral) untuk mengendalikan jumlah uang beredar. Agar
perekonomian tumbuh lebih cepat, bank sentral bisa memberikan lebih banyak
kredit kepada system perbankan melalui pasar terbuka. Akan tetapi, apabila
ekonomi tumbuh terlalu cepat dan inflasi
menjadi masalah yang semakin besar, maka bank sentral dapat melakukan operasi
pasar terbuka (open market operations), menarik uang dari system
perbankan, menaikkan persyaratan minimum (reserve requirement), atau
menaikkan tingkat diskonto (interest or discount rate), sehingga
demikian akan memperlambat pertumbuhan ekonomi.
C.
Inflasi dalam Perspektif Ekonomi Islam
Ekonomi Islam merupakan ikhtiar
pencarian sistem ekonomi yang lebih baik setelah ekonomi kapitalis gagal total.
Bisa dibayangkan betapa tidak adilnya, betapa pincangnya akibat sistem
kapitalis yang berlaku sekarang ini, yang kaya semakin kaya dan yang miskin
semakin miskin. Selain itu, dalam pelaksanaannya, ekonomi kapitalis banyak
menimbulkan permasalahn. Pertama, ketidakadilan
dalam berbagai macam kegiatan yang tercermin dalam ketidakmerataan pembagian
pendaoatan masyarakat. Kedua, ketidakstabilan
dari sistem ekonomi yang ada saat ini menimbulkan berbagai gejolak dalam kegiatannya.
Dalam ekonomi Islam tidak dikenal dengan
inflasi, karena mata uang yang dipakai adalah dinar dan dirham, yang mana
mempunyai nilai yang stabil dan dibenarkan oleh Islam, namun dinar dan dirham
di sini adalah dalam artian yang sebenarnya yaitu yang dalam bentuk emas maupun
perak bukan dinar-dirham yang sekedar nama. Adiwarman Karim mengatakan bahwa
Syeikh An-Nabahani memberikan beberapa alasan mengapat mata uang yang sesuai
itu adalah dengan menggunakan emas. Ketika Islam melarang praktik penimbunan
harta, Islam hanya mengkhususkan larangan tersebut untuk emas dan perak.
Padahal harta itu mencakup semua barang yang bisa dijadikan sebagai kekayaan.
1. Islam telah mengaitkan emas dan perak
dengan hukum yang baku dan tidak berubah-ubah, ketika Islam mewajibkan diat,
maka yang dijadikan sebagai ukurannya adalah dalam bentuk emas.
2. Rasulullah SAW telah menetapkan emas dan
perak sebagai mata uang dan beliau menjadikan hanya emas dan perak sebagai
standar uang.
3. Ketika Allah SWT mewajibkan zakat uang,
Allah telah mewajibkan zakat tersebut dengan nisab emas dan perak.
4. Hukum-hukum tentang pertukaran mata uang yang
terjadi dalam transaksi uang hanya dilakukan dengan emas dan perak, begitupun
dengan transaksi lainnya hanya dinyatakan dengan emas dan perak.
Penurunan nilai dinar atau dirham memang
masih mungkin terjadi, yaitu ketika nilai emas yang menopang nilai nominal
dinar itu mengalami penurunan. Diantaranya akibat ditemukannya emas dalam
jumlah yang besar di suatu negara, tapi keadaan ini kecil sekali
kemungkinannya.
Kondisi defisit pernah terjadi pada
zaman Rasulullah dan ini hanya terjadi satu kali yaitu sebelum perang Hunain.
Walaupun demikian, Al-Maqrizi membagi inflasi ke dalam dua macam yaitu, inflasi
akibat berkurangnya persediaan barang dan akibat kesalahan manusia. Inflasi
jenis pertama inilah yang terjadi pada zaman Rasulullah dan khulafaur
rasyidin, yaitu karena kekeringan atau karena peperangan.[1]
Ekonom
Islam Taqiudin Ahmad ibn al-Maqrizi (91364 M – 1441 M), yang merupakan salah
satu murid dari Ibn Khaldun, menggolongkan inflasi dalam dua golongan, yaitu :
1.
Natural Inflation
Sesuai
dengan namanya, inflasi jenis ini diakibatkan oleh sebab-sebab alamiah di mana
orang tidak mempunyai kendali atasnya (dalam hal mencegah). Ibn Al-Marizi
mengatakan bahwa inflasi ini adalah inflasi yang diakibatkan oleh turunnya
Penawaran Agregatif (AS) atau naiknya Permintaan Agregatif (AD). Maka natural inflation akan dapat dibedakan
berdasarkan penyebabnya menjadi dua golongan yaitu sebagai berikut :
a. Akibat
uang yang masuk dari luar negeri terlalu banyak, dimana ekspor naik (X) sedangkan impor turun (M¯) sehingga nilai ekspor bersih
sangat besar, maka mengakibatkan naiknya
Permintaan Agregat (AD).
Hal
ini pernah terjadi pada masa pemerintahan kahlifah Umar ibn Khattab r.a. pada
masa itu kafilah pedagang yang menjual barangnya dari luar negeri membeli
barang-barang yang mereka jual (positie
net exsport). Adanya positie net
exsport akan menjadikan keuntungan, keuntungan yang berupa kelebihan uang
tersebut akan dibawa masuk ke Madinah sehingga pendapatan dan daya beli
masyarakat akan naik (AD). Naiknya Permintaan Agregatif (AD), akan mengakibatkan naiknya
tingkat harga secara keseluruhan (P).
Apa
yang dilakukan oleh khalifah Umar bin Khattab r.a untuk mengatasi permasalahn
tersebut? Beliau melarang penduduk Madinah untuk membeli barang-barang atau
komoditi selama 2 hari berturut-turut. Akibatnya adalah turunnya Permintaan
Agregatif (AD ¯) dalam perekonomian. Setelah
pelarangan tersebut maka tingkat harga kembali normal.
b. Akibat
dari turunnya tingkat produksi (AS¯) karena terjadinya paceklik, perang, ataupun embargo dan boycott.
Hal
ini pernah terjadi pula pada masa pemerintahan khalifah Umar bin Khattab yaitu
pada saat paceklik yang mengakibatkan kelangkaan gandum, atau dapat
digambarkan pada grafik kura AS bergeser
ke kiri, yang kemudian mengakibatkan naikn tingkat harga-harga.
Apa yang dilakukan oleh khalifah Umar bin khattab r.a
terhadap permasalahan ini? Beliau melakukan impor gandum dari Fustat – Mesir
sehingga penawaran agregatif (AS¯) barang di pasar kembali naik yang
kemudian berakibat pada turunnya tingkat harga-harga (P).
Jadi inflasi yang terjadi karena
sebab-sebab yang alamiah, atau murni karena tarikan permintaan dan penawaran,
maka pemerintah tidak perlu khawatir. Karena solusi yang dapat dilakukan adalah
dengan menstabilkan baik permintaan agregat maupun penawaran agregat pada
kondisi semula sebelum terjadinya kenaikan harga atau inflasi.
2.
Human
Error Inflation
Selain dari penyebab-penyebab yang
dimaksud pada natural inflation, maka
inflasi-inflasi yang disebabkan oleh hal-hal lainnya dapat digolongkan sebagai human error inflation atau
false inflation. Human error inflation dikatakan sebagai inflasi
yang disebabkan oleh kesalahan-kesalahan dari manusia itu sendiri (sesuai
dengan QS Ar-Rum 30:41). Human error
inflation dapat dikelompokkan menurut penyebab-penyebabnya sebagai berikut
:
a. Korupsi
dan bad administration
Korupsi akan menaikan tingkat harga, karena produsen harus
menaikkan harga jual pada produksinya untuk menutupi biaya-biaya “siluman” yang
telah mereka bayarkan. Birokrasi perijinan yang berbelit-belit, dimana hanya
untuk pengurusan suatu ijin harus melalui beberapa instansi, hal ini tentu akan
menambah biaya produksi dari produsen dan berakibat pada kenaikan harga. Hal
yang harus dilakukan oleh pemerintah adalah dengan menghilangkan korupsi dan melakukan
reformasi birokrasi.
Jika
menggunakan pendekatan kepada permintaan agregat (AD) dan penawaran agregat
(AS), maka korupsi dan administrasi yang buruk akan menyebabkan kontraksi pada
kurva penawaran agregat, yang menyebabkan terjadinya kenaikan harga. Selain
menyebabkan inefisiensi alokasi sumber daya dan ekonomi biaya tinggi, korupsi
dan administrasi yang buruk akan dapat menyebabkan perekonomian terpuruk.
b. Pajak
yang berlebihan (excessie tax).
Efek yang ditimbulkan oleh pengenaan pajak yang berlebihan
pada perekonomian akan memberikan pengaruh yang sama dengan pengaruh yang
ditimbulkan oleh korupsi dan adminstrasi yang buruk yaitu bterjadinya kontraksi
pada kurva penawaran agregat. Jika dilihat lebih lanjut, pajak yang berlebihan
mengakibatkan pada effeciency atau loss
dead weight loss.
Ini termasuk masalah pula dalam perekonomian di Indonesia,
terutama pasca penerapan ekonomi daerah, dimana setiap daerah memiliki
kebijakan tersendiri dalam menggali sektor-sektor ysng dapat dijadikan sebagai
obyek untuk meningkat kan pendapatan asli daerah.
c. Pencetakan
uang dengan maksud menarik keuntungan yang berlebihan (excessive seignorage).
Seignorage arti tradisonalnya adalah keuntungan
dari pencetakan koin yang didapat oleh percetakannya dimana biassanya percetakan
tersebut dimiliki oleh penguasa. Pencetakan uang yang terlalu berlebihan akan
mengakibatkan terlalu banyak jumlah uuang beredar di masyarakat, hal ini
berimplikasi pada penurunan nilai mata uang. Hal ini telah terbukti di
Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, dimana kebutuhan anggaran
pemerintah dibiayai oleh pencetakan uang. Namun karena berlebihan hal ini
menyebabkan terjadinya inflasi.[2]
D. Dampak Inflasi
Menurut para ekonom Islam, inflasi
berakibat sangat buruk bagi perekonomian negara, karena :
1. Menimbulkan gangguan terhadap fungsi
uang, terutama terhadap fungsi tabungan (nilai simpan), fungsi dari pembayaran
di muka, dan fungsi dari unit penghitungan. Orang harus melepaskan diri dari
uang dan aset keuangan akibat dari beban inflasi tersebut. Inflasi juga telah
mengakibatkan terjadinya inflasi kembali, atau dengan kata lain “self feeding inflation”
2. Melemahkan semangat menabung dan sikap
terhadap menabung dari masyarakat (turunnya marginal
propensity to save). Hal ini berakibat pada menurunnya dana
pembiayaan yang akan disalurkan.
3. Meningkatkan kecenderungan untuk
berbelanja terutama pembelanjaan untuk barang-barang non-primer dan
barang-barang mewah (naiknya marginal
propensity to consume).
4. Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non-produktif
yaitu penumpukan kekayaan (hoarding) seperti
pada aset property yaitu tanah dan bangunan, logam mulia, mata uang asing
dengan mengorbankan inestasi ke arah produktif seperti pertanian, industrial,
perdagangan, transportasi, dan lainnya.
Kenaikan harga-harga yang tinggi
(inflasi) dan terus menerus bukan saja menimbulkan beberapa efek buruk terhadap
kegiatan ekonomi, tetapi juga kepada kemakmuran individu dan masyarakat.
Inflasi yang tinggi tidak akan menggalakkan perkembangan ekonomi. Biaya yang
terus menerus naik menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan.
Kenaikan harga-harga menimbulkan efek yang buruk pula kepada perdagangan.
Kenaikan harga menyebabkan barang-barang Negara itu tidak dapat bersaing di
pasar Internasional, maka ekspor akan menurun.
Disamping menimbulkan efek buruk
terhadap ekonomi Negara, inflasi juga akan menimbulkan efek-efek berikut pada
individu dan masyarakat:
1. Inflasi akan menurunkan pendapatan riil
orang-orang yang berpendaptan tetap.
2. Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan
yang berbentuk uang.
3. Memperburuk pembagian kekayaan.[3]
E. Perbedaan Inflasi Menurut Ekonomi
Konvensional dan Ekonomi Islam
1. Sebab-sebab Inflasi
a. Ekonomi Konvensional:
·
Policy induced, disebabkan oleh kebijakan ekspansi moneter yang
juga bisa merefleksikan defisit anggaran yang berlebihan dan cara
pembiayaannya.
·
Cost-push inflation, disebabkan oleh kenaikan biaya-biaya yang bisa
terjadi walaupun pada saat tingkat pengangguran tinggi dan tingkat penggunaan
kapasitas produksi rendah.
·
Demand-full inflation, disebabkan oleh permintaan agregat yang berlebihan
yang mendorong kenaikan tingkat harga umum.
·
Inertial inflation, cenderung untuk berlanjut pada tingkat yang sama
sampai kejadian ekonomi yang menyebabkan berubah.
b. Ekonomi Islam:
·
Natural
cause inflation, inflasi yang terjadi dikarena
kondisi alam yang tidak bisa dicegah.
·
Human
error cause inflation, yaitu inflasi yang
terjadi karena kesalahan manusai itu sendiri, seperti korupsi, penetapan pajak
yang tinggi, penambahan jumlah uang yang beredar dan penimbunan barang.
2. Solusi dalam mengatasi Inflasi
a. Ekonomi Konvensional:
·
Kebijakan
moneter
·
Kebijakan
fiskal
·
Kebijakan
non-moneter, yaitu dengan cara menaikkan hasil produksi, kebijaksanaan upah,
pengawasan harga
b. Ekonomi Islam:
·
Menggunakan
emas dan perak sebagai alat tukar
·
Menjadikan
emas perak sebagai standart nilai tukar uang dunia
·
Islam telah mengitkan emas dan perak dengan
hukum yang baku dan tidak berubah-ubah, diamana ketika Islam mewajibkan diat,
maka harus menggunakan standart emas perak
·
Ketika
Allah mewajibkan pembayaran zakat, maka nisabnya berdasarkan emas dan perak.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. inflasi adalah
kenaikan harga umum secara terus menerus dari suatu perekonomian.
2. Bebera
kelompok besar dari inflasi adalah sebagai berikut:
c.
Policy induced, disebabkan oleh kebijakan ekspansi moneter yang
juga bisa merefleksikan defisit anggaran yang berlebihan dan cara
pembiayaannya.
d.
Cost-push inflation, disebabkan oleh kenaikan biaya-biaya yang bisa
terjadi walaupun pada saat tingkat pengangguran tinggi dan tingkat penggunaan
kapasitas produksi rendah.
e.
Demand-full inflation, disebabkan oleh permintaan agregat yang berlebihan
yang mendorong kenaikan tingkat harga umum.
f.
Inertial inflation, cenderung untuk berlanjut pada tingkat yang sama
sampai kejadian ekonomi yang menyebabkan berubah.
3.
Perbedaan inflasi menurut ekonomi konvensional dan
ekonomi Islam dapat di lihat dari penyebab dan solusi dalam menghadapi inflasi.
B. Saran
Pemakalah
menyadari bahwa penulisa makalah ini belum sepenuhnya sempurna dan masih
terdapat kesalahan, oleh sebab itu pemakalah sangat membutuhkan saran dari
pembaca terutama dari Bapak Dosen selaku pembimbing dalam matakuliah ini.